Rabu, 30 Mei 2012

Sepucuk Surat Rindu Untuk Ayah : Surat Pertama


Ayah,
Bagaimana kabarmu yah?  Aku harap kau selalu baik.
Sudah lama kita tidak bertemu, tapi kita urung jua untuk bertukar kabar.
Maafkan aku yah, untuk kelancanganku.
Terlepas dari semua ketegangan kita,
Sebenarnya aku rindu tapi aku malu.
Kerinduanku ini bertumpuk karena tak segera ku sampaikan padamu.
Kau tahu? Ternyata menyimpan rindu itu tidak semudah membalik halaman buku.
Ayah, kita memang tidak dekat dalam jarak maupun hubungan.
Kita memang tidak seharmonis "ayah-anak" pada umumnya.
Kita memang tidak memiliki kenangan semanis kenangan ku bersama Ibu.
Tetapi kenangan tetaplah kenangan,
Akan ada masa dimana aku rindu kenangan itu.
Seperti kemarin, hari ini dan bahkan detik ini.
Aku rindukan sorot matamu yang tajam.
Aku rindu bibirmu yang membentuk garis lurus tanpa makna.
Aku rindu topeng dingin yang selalu kau kenakan.
Ayah, aku yakin dibalik topeng dingin yang kau kenakan itu,
Ada sepasang mata yang memandang dengan sendu.
Ada seutas senyum ikhlas yang tak akan putus bahkan oleh tajamnya luka.
Rinduku padamu mungkin tak sebanding dengan rinduku pada Ibu,
Tapi kekagumanku padamu bisa jadi tak tertanding.
Untuk yang terakhir kalinya,
Maafkan aku Ayah, aku merindukanmu.


Anakmu yang selalu membanggakanmu,
Andra.


"Ayah keharmonisan kita memang tak mulus, tapi doa tulusku padamu tak akan pernah putus"


(Andra Sheilamona / Solo, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar